Hal ini tidak terlepas dari proses latihan yang sangat keras dan intens, sehingga menghasilkan pendayung yang mempunyai fisik dan ketahanan lebih untuk siap berkompetisi.
Larie yang merupakan Pelatih dayung Bena Baru, sekaligus mentor dari para atlit muda ini menjelaskan, Persiapan untuk mengikuti perlombaan kali ini sangat singkat, kurang lebih dua minggu sebelum pertandingan di adakan.
Dalam Prosesnya, adapun kendala yang sempat dialami oleh tim Bena baru sebelum pertandingan, seperti sulitnya mengatur jadwal latihan, sampai seringnya kekurangan personel.
“Biasanya kami melakukan latihan dengan jarak tertentu, agar hasil lebih maksimal, awalnya agak sulit untuk mengumpulkan teman-teman, karna sebagian ada yang bekerja, dan ada yang sekolah di kota, tapi setelah kita berkomitmen bersama, maka terbentuklah tim seperti sekarang ini,”ujarnya.
Adapun hal berkaitan dengan seringnya perlombaan perahu panjang yang selalu diadakan kampung-kampung setiap tahunnya, menurut Melung sangat positif dan dapat menjalin silaturahmi antar kampung, sekaligus adu ketangkasan.
Atas dasar itu, kabupaten berau perlu membuat asosiasi pendayung sebagai wadah bagi para pecinta budaya atau olahraga dayung ini, dalam upaya melakukan pembinaan dan mengembangkan olah raga dayung agar lebih besar dan dikenal khalayak luas.
“Yah mungkin jika para pendayung lokal kita ini ada di bawah sebuah asosiasi seperti Persatuan Olahraga Dayung Seluruh Indonesia (PODSI), maka baik bagi perkembangan pendayung berau, sebagai ajang adu ketangkasan melalui seleksi untuk penjaringan atlit yang mana di bawah asosiasi yang ada, Berau bisa mengikuti ajang lomba perahu panjang se-Provinsi bahkan tingkat nasional kedepannya,”jelas Nelung .-(*FJR)